» » » Hijauan Terbatas, Bikin Pakan Fermentasi

Pakan hijauan sering menjadi masalah bagi peternak kambing dan domba. Selain harus mencari setiap hari yang menyita waktu, ketersediaan hijauan juga tak pasti. Pada musim hujan, memang banyak tersedia. Sebaliknya pada musim kemarau, hijauan susah diperoleh.



Bahkan pada waktu-waktu tertentu, misalnya saat musim panen padi, singkong, jagung, kedelai dan sayuran lainnya, banyak limbah hijauan yang terbuang. Padahal, semua bahan tersebut bisa diawetkan dengan cara fermentasi.
Banyak juga calon peternak ataupun calon investor peternakan, khususnya domba dan kambing, yang mengurungkan niatnya untuk budidaya ketika harus berhitung dengan permasalahan pakan hijauan. Mereka ragu apakah mampu menyediakan pakan secara kontinu, apalagi jika jumlah ternaknya banyak.
Bahkan di tingkat peternak kecilpun ketika musim kemarau tiba mereka terpaksa menjual sebagian ternaknya karena khawatir tak mampu memberi pakan akibat terbatasnya hijauan yang tersedia. Apakah hal seperti itu harus terjadi selamanya?
Jawabannya tentu tidak. Sekarang teknologi budidaya ternak domba dan kambing dengan pakan fermentasi sudah dilakukan banyak orang. Dengan menggunakan complete feed, ternak domba dan kambing tidak perlu diberi hijauan segar lagi. Ramuan complete feed juga bisa dicampur dengan hijauan yang tersedia pada saat pembuatan.

Keunggulan Complete Feed
Di samping mengandung nutrisi yang seimbang, keunggulan complete feed dibanding bahan pakan lain adalah harganya lebih murah. Hal ini dimungkinkan karena complete feed dibuat dari bahan baku limbah pertanian dan agroindustri ditambah perlakuan suplementasi bahan-bahan bernilai nutrisi tinggi.
Keunggulan lainnya: (1) hemat dalam penggunaan tenaga kerja (tenaga kerja 1 orang untuk 100-150 ekor kambing/domba), (2) mudah diaplikasikan, (3) waktu penggemukan relatif pendek (34bulan), (4) pertumbuhan bobot badan cukup tinggi, (5) praktis dan ekonomis (1 ekor domba membutuhkan 1,5—2,5 kg/hari (sesuai dengan berat badan) dan harga relatif murah (sekitar Rp700/kg, tergantung ketersediaan bahan di lingkungan).
Karena keunggulannya tersebut penggunaan complete feed pada ternak kambing dan domba setiap tahunnya terus meningkat. Memang diperlukan masa adaptasi untuk mengubah pakan ternak dari yang biasa diberikan ke pemberian complete feed. Tapi waktunya cukup singkat, cukup diperkenalkan dalam seminggu ternak sudah lahap.

Bahan pembuatan Complete feed
Bahan untuk pembuatan complete feed adalah segala macam hijauan dan bahan dari tumbuhan lainnya yang disukai oleh ternak ruminansia, seperti daun singkong, jerami, batang jagung, rumput, sorghum, tepung jagung, bijibijian kecil, tongkol gandum, tongkol jagung, pucuk tebu, batang nanas, dll.

Hijauan (tanaman) yang bisa dibuat complete feed: segala jenis tumbuhan atau hijauan serta bijian yang disukai oleh ternak, terutama yang mengandung banyak karbohidratnya.

Bahan tambahan
Dengan mengetahui prinsip fermentasi dan tahapan prosesnya, kita bisa memanipulasi proses fermentasi dalam pembuatannya. Manipulasi ditujukan untuk mempercepat proses atau untuk meningkatkan dan mempertahankan kadar nutrisi yang terkandung pada bahan baku complete feed. Manipulasi dengan penambahan bahan aditif bisa dilakukan secara langsung dengan memberikan tambahan bahanbahan yang mengandung karbohidrat yang siap diabsorpsi oleh mikroba, antara lain:
1.      Molase (tetes tebu) : 2,5 kg /100 kg hijauan.
2.      Onggok (tepung singkong) : 2,5 kg/100 kg hijauan.
3.      Tepung jagung : 3,5 kg/100 kg hijauan.
4.      Dedak halus : 5,0 kg/100 kg hijauan.
5.      Ampas tahu/sagu : 7,0 kg/100 kg hijauan, biasanya ini diperlukan bila bahan dasarnya kurang banyak mengadung karbohidrat

Proses pembuatan complete feed
Prinsip dasar pembuatan complete feed sangat mudah. Bahan-bahan hijauan dicacah, dicampur dengan bahan tambahan, dimasukkan ke wadah fermentasi, tutup rapat dan biarkan hingga tiga minggu, pakan pun siap dihidangkan ke ternak. Berikut urut-urutan proses pembuatan complete feed untuk ternak.

Penyiapan silo (wadah kedap udara)
Silo adalah wadah yang bisa ditutup dan kedap udara (drum plastik dengan klem penutup). Artinya udara tidak bisa masuk maupun keluar dari dan ke dalam wadah tersebut. Wadah tersebut juga harus kedap rembesan cairan. Untuk memenuhi kriteria ini maka bahan plastik merupakan jawaban yang terbaik dan termurah serta sangat fleksibel penggunaannya.
Meskipun demikian, bahan dari metal, semen dll tetap bisa digunakan. Ukuran disesuaikan dengan kebutuhan, mulai kantong keresek plastik ukuran satu kilogram, sampai silo silindris dengan garis tengah 100 meter dan ketinggian 30 meter. Pilihlah ukuran, bahan, serta konstruksi yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.
Gentong plastik (biasanya berwarna biru) yang mempunyai tutup yang bisa dikunci dengan rapat, merupakan salah satu pilihan yang terbaik. Karena di samping ukurannya yang sedang sehingga mudah untuk diangkat manusia, kemudian dengan penambahan jumlah bisa memenuhi kebutuhan yang lebih banyak. Jika ingin membuat dalam jumlah yang banyak sekaligus, maka cara yang termurah adalah dengan menggali tanah.
Ukuran disesuaikan dengan kebutuhan. Kemudian menggunakan kantung plastik yang dijual meteran, sehingga penutupannya bisa dilakukan dengan sangat rapat. Prinsip yang harus diperhatikan adalah saat membuka dan memberikan complete feed pada ternak, maka silo tersebut akan kemasukan udara/oksigen yang bisa dan akan merusak complete feed yang telah jadi karena terjadinya proses aerobic.  
Inilah sebabnya kenapa pembuatan dalam jumlah kecil dengan menggunakan silo yang banyak serta portable (seperti gentong plastik biru, atau kantong plastik), jauh lebih berdaya guna dibanding dengan pembuatan dalam jumlah sangat besar dalam satu wadah/silo.
Untuk itu ketahuilah jumlah kebutuhan ternak, lalu sesuaikan pembuatan silo, sehingga penggunaannya bisa sekali buka silo, isinya langsung habis dikonsumsi sehingga tidak adalagi sisa yang harus disimpan.
Penyimpanan sisa complete feed harus dalam kondisi tertutup rapat. Jika tidak, sangat riskan terhadap terjadinya proses pembusukan karena terjadinya eksposur tehadap oksigen yang akan mengaktifkan bakteri aerob.

Penyiapan bahan baku dan penempatan pada silo:
Bahan baku sebaiknya berasal dari tumbuhan atau bijian yang segar yang langsung didapat dari pemanenan, jangan yang telah tersimpan lama, karena sudah kering sehingga lebih sulit dicacah.
1.   Pemotongan atau pencacahan hijauan ukuran sebaiknya sekitar 5 sentimeter. Pemotongan dan pencacahan perlu dilakukan agar mudah dimasukkan ke dalam silo dan mengurangi terperangkapnya ruang udara di dalam silo serta memudahkan pemadatan.
2.   Bahan yang telah dicacah dihampar kemudian diaduk dengan bahan tambahan, taburkan kemudian diaduk secara merata, sebelum di masukan dalam silo.
2.  Masukkan bahan tersebut kedalam silo secara bertahap, lapis demi lapis.
3.  Saat memasukkan bahan ke dalam silo secara bertahap, lakukan penekanan atau pengepresan untuk setiap lapisan agar padat. Kenapa harus dipadatkan, karena oksigen harus sebanyak mungkin dikurangi atau dihilangkan sama sekali dari ruang silo.
4.  Lakukan penutupan dengan serapat mungkin sehingga tidak ada udara yang bisa masuk ke dalam silo.
5.  Biarkan silo tertutup rapat serta diletakkan pada ruang yang tidak terkena matahari atau kena hujan secara langsung, selama tiga minggu.
6.  Setelah tiga minggu maka complete feed sudah siap disajikan sebagai pakan ternak. Sedangkan untuk menilai kualitas hasil complete feed ini bisa dilihat kriterianya seperti diuraikan di akhir tulisan ini. Jika nilainya 100 atau mendekati 100, complete feed sangat baik.
7.  Silo yang tidak dibuka dapat terus disimpan sampai jangka waktu yang sangat lama asalkan tidak kemasukan udara.
8.  Pemberian pakan pada ternak yang belum terbiasa makan complete feed harus bertahap, sedikit demi sedikit dicampur dengan hijauan yang biasa diberikan sebelumnya. Jika sudah terbiasa secara bertahap dapat seluruhnya diberi complete feed sesuai dengan kebutuhan.

Kriteria Complete feed yang baik :
Indikasi dan penjelasan serta nilai keberhasilannya:

Kewangian:
1.  Aromanya wangi seperti buahbuahan dan sedikit asamatau sangat wangi. Nilai 25.
2.  Rasanya asam, meski baunya wangi. Nilai 20.
3.  Bau asam dan apabila diisap oleh hidung, rasa/wangi baunya semakin kuat atau sama sekali tidak ada bau. Nilai 10.
4.  Seperti jamur dan kompos sertanya baunya tidak sedap. Nilai 0.

Rasa:
1.    Apabila dicoba digigit, manis dan terasa asam seperti youghurt/yakult. Nilai 25.
2.    Rasanya sedikit asam. Nilai 20.
3.    Tidak ada rasa. Nilai 10.
4.    Rasa dan bau tidak sedap. Nilai 0.

Warna:
1.    Hijau kekuningkuningan. Nilai 25.
2.    Coklat agak kehitamhitaman. Nilai 10.
3.    Hitam, mendekati warna kompos. Nilai 0.

Sentuhan:
1.    Kering, tetapi dipegang terasa lembut dan empuk. Jika menempel ditangan baunya wangi dan tidak dicuci pun tidak apaapa. Nilai 25.
2.    Kandungan airnya terasa banyak tetapi tidak basah. Jika di tangan, dicuci bau wanginya langsung hilang. Nilai 10.
3.    Kandungan airnya banyak, terasa basah sedikit (becek) bau yang menempel di tangan harus dicuci dengan sabun supaya baunya hilang. Nilai 0.
Jika jumlah nilai wangi + rasa + warna + sentuh, angkanya mencapai 100, berarti proses pembuatannya berhasil dan itulah complete feed terbaik.
Misalnya, nilai wangi 25, rasa 25,  warna 25, dan sentuhan 25, berarti complete feed-nya sangat bagus.
Jika nilai wangi 25, rasa 25, warna 10, dan sentuhan 25, berarti complete feed lumayan bagus. Begitu seterusnya. Jika nilainya di bawah 50 berarti kurang bagus meski masih bisa diberikan kepada ternak. Namun jika nilanya 0 berarti pembuatan gagal dan tak bisa diberikan kepada ternak, dan dijadikan pupuk kompos.

Penyimpanan Complete feed:
Complete feed dapat disimpan dalam waktu yang sangat lama selama tetap berada dalam wadan tertutup dalam keadaan kedap udara. (dari berbagai sumber)
===


About Unknown

Hi there! I am Hung Duy and I am a true enthusiast in the areas of SEO and web design. In my personal life I spend time on photography, mountain climbing, snorkeling and dirt bike riding.
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

1 komentar: