» » » » » » Kelor, Tanaman Ajaib Multiguna






Oleh Hasanuddin Z. Arifin (bahan dirangkum dari berbagai sumber). Dunia tak selebar daun kelor, begitu kata pepatah. Namun ternyata pohon kelor (Moringa oleifera) merupakan salah satu tanaman yang luar biasa. Kelor terbukti secara ilmiah merupakan sumber gizi berkhasiat obat yang kandungannya di luar kebiasaan kandungan tanaman pada umumnya.
Tak heran jika kelor diyakini memiliki potensi untuk mengakhiri kekurangan gizi, kelaparan, serta mencegah dan menyembuhkan berbagai penyakit di seluruh dunia. Kelor benar-benar tanaman ajaib karunia Tuhan sebagai sumber gizi dan obat bagi umat manusia.
Pada tahun 1999, Fuglie LJ pertama kali mempublikasikan hasil penelitiannya yang mengejutkan dunia tentang kandungan nutrisi kelor yang tertuang dalam buku “The Miracle Tree: Moringa oleifera: Natural Nutrition for the Tropics” (Church World Service, Dakar. 68 pp.;).  Buku ini memicu gelombang penelitian ilmiah lanjutan tentang kelor, kemudian direvisi pada 2001 dan dipublikasikan kembali dalam judul “The Miracle Tree: The Multiple Attributes of Moringa”.
Menurut hasil penelitian itu, daun kelor mengandung vitamin A, C, B, kalsium, kalium, besi, dan protein, dalam jumlah sangat tinggi dan mudah dicerna dan diasimilasi oleh tubuh manusia.
Perhatikan perbandingan nutrisi daun kelor segar dan serbuk dengan beberapa sumber nutrisi lainnya pada tabel berikut.


Diolah dari: Fuglie LJ (1999) The Miracle Tree: Moringa oleifera: Natural Nutrition for the Tropics. Church World Service, Dakar. 68 pp.; revised in 2001 and published as The Miracle Tree: The Multiple Attributes of  Moringa, 172 pp.)

Kandungan gizi daun kelor (terutama yang sudah serbuk) berlipat-lipat dari sumber makanan yang selama ini digunakan sebagai sumber nutrisi untuk perbaikan gizi di banyak negara. Tidak hanya itu, kelor pun diketahui mengandung lebih dari 40 antioksidan.
Kelor mengandung 539 senyawa yang dikenal dalam pengobatan tradisional di Afrika dan India (ayurvedic) serta telah digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mencegah lebih dari 300 penyakit.
Dr. Gary Bracey, seorang penulis, pengusaha, motivator, dan ahli kesehatan di Afrika, mempublikasikan dalam moringadirect.com, bahwa serbuk daun kelor mengandung:
-          15 kali kalium yang terkandung dalam pisang;
-          10 kali vitamin A yang terkandung dalam wortel;
-          4 kali betakarotene yang terkandung dalam wortel;
-          25 kali zat besi yang terkandung dalam bayam;
-          17 kali kalsium dan 2 kali protein yang terkandung dalam susu;
-          9 kali protein yang terkandung dalam yogurt;
-          6 kali zinc yang terkandung dalam almond;
-          5 kali serat (dietary fiber) yang terkandung dalam sayuran pada umumnya;
-          6 kali asam amino yang terkandung dalam bawang putih;
-          100 kali GABA (gamma-aminobutyric acid) yang terkandung dalam beras merah;
-          2 kali fenolpoly terkandung dalam red wine;
-          50 kali vitamin B2 yang terkandung dalam sardines;
-          50 kali vitamin B3 yang terkandung dalam kacang;
-          4 kali vitamin E yang terkandung dalam minyak jagung;
-          4 kali vitamin B1 yang terkandung dalam daging babi.
Tahun 2006, Wiley InterScience mempublikasikan artikel berjudul Moringa oleifera: A Food Plant with Multiple Medicinal Uses, merupakan ulasan tentang penggunaan bagian-bagian tanaman kelor sebagai obat penyembuh.  Disebutkan berbagai bagian dari tanaman kelor berisi mineral penting dan merupakan sumber protein yang baik, vitamin, betakaroten, asam amino fenolat, dan berbagai asam amino essensial lainnya.
Kelor menyediakan kombinasi yang kaya dan langka dari zeatin, quercetin, betasitosterol, caffeoylquinic asam, dan kaempferol.Selain memiliki kekuatan sebagai pemurni air yang efektif dan nilai gizi yang tinggi, kelor juga sangat bermanfaat untuk pengobatan alami.
Bagian dari tanaman kelor: daun, akar, biji, kulit kayu, buah, bunga dan polong dewasa, bisa dijadikan stimulan jantung dan peredaran darah, memiliki antitumor, antipiretik, antiepilepsi, antiinflamasi, antiulcer, antispasmodic, diuretik, antihipertensi, menurunkan kolesterol, antioksidan, antidiabetik, kegiatan hepatoprotektif, antibakteri, dan antijamur.
Saat ini kelor sedang diteliti untuk digunakan dalam pengobatan penyakit yang berbeda dalam sistem kedokteran, khususnya di Asia Selatan.

Berasal dari Himalaya


Moringa oleifera Lam (sinonim: Moringa pterygosperma Gaertner) yang kita kenal dengan nama kelor adalah species yang paling terkenal dari tiga belas spesies genus Moringacae. Diduga memiliki asal-usul di Agra dan Oudh, terletak di barat laut India, wilayah pegunungan Himalaya bagian selatan. 
Nama shigon untuk  kelor telah disebutkan dalam kitab “Shushruta Sanhita” yang ditulis pada awal abad pertama Masehi. Ada bukti bahwa kelor telah dibudidayakan di India sejak ribuan tahun lalu. Masyarakat kuno India tahu bahwa biji-bijian mengandung minyak nabati dan mereka menggunakannya untuk pengobatan. Sekarang, masyarakat India pada umumnya memanfaatkan kelor sebagai pakan ternak atau sayuran.
Meskipun tanaman asli kaki bukit selatan Himalaya, kelor tumbuh di semua negara tropis. Saat ini kelor dibudidayakan di seluruh Timur Tengah, dan di hampir seluruh daerah tropis.  Pertama kali diperkenalkan di Afrika Timur pada awal abad 20. Di Nikaragua, kelor dikenal dengan nama marango dan diperkenalkan pada tahun 1920 sebagai tanaman hias untuk pagar hidup. 
Sumber lain menyebutkan kelor merupakan tanaman asli dari wilayah barat dan sekitar sub-Himalaya, India, Pakistan, Asia Kecil, Afrika dan Arabia (Somalia et al, 1984; Mughal et al, 1999) dan sekarang didistribusikan di Filipina, Kamboja, Amerika Tengah, Amerika Utara dan Selatan serta Kepulauan Karibia (Morton, 1991).
Kelor dikenal dengan banyak nama di berbagai negara, pada umumnya berasal dari akar kata “Morunga”.  Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai horseradish tree, drumstick tree, never die tree, West Indian ben tree, dan radish tree (Ramachandran et al., 1980).
Kelor populer disebut drumstick karena polongnya yang menyerupai stik drum. Sementara di wilayah lembah Nil, kelor dikenal dengan nama syajara al rauwaq, yang berarti pohon yang memurnikan (Von Maydell, 1986). Di Pakistan, kelor dikenal sebagai sohanjna yang tumbuh dan dibudidayakan di seluruh negeri (Qaiser, 1973, Anwar et al, 2005).

“Super Food” Kaya Nutrisi

Pohon yang dapat tumbuh dengan cepat ini digambarkan sebagai salah satu tanaman paling bergizi. Daunnya memiliki kandungan betakaroten melebihi wortel, mengandung protein melebih kacang polong, lebih banyak mengandung vitamin C dibandingkan jeruk, kandungan kalsiumnya melebihi susu, mengandung zat besi lebih banyak dari bayam dan kandung kaliumnya lebih banyak dari pisang.
Belakangan kelor digunakan untuk mengatasi kekurangan gizi pada anak-anak dan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh di banyak negara berkembang. Dunia pengobatan tradisional sudah lama menggunakan kelor untuk pengobatan.Kelor pun sering digunakan untuk melengkapi obat-obatan modern pada penderita sakit kronis termasuk mereka yang menderita AIDS dan penyakit yang terkait dengan HIV.
Kelor biasa ditanam untuk dimanfaatkan daun, buah, bunga, dan akarnya, baik sebagai bahan pangan, obat-obatan, pewarna, pakan ternak, dan penjernih air limbah. Masyarakat di negara-negara berkembang di Afrika dan Amerika Latin, menganggap kelor sebagai bagian dari kebutuhan konsumsi harian, baik di pedesaan maupun perkotaan.
Di Filipina, kelor dikenal sebagai “teman ibu terbaik” karena pemanfaatannya untuk meningkatkan produksi ASI dan kadang-kadang diresepkan untuk anemia (Estrella et al, 2000.; Siddhuraju dan Becker, 2003).

Penyembuh Multiguna
Sejak sepuluh tahun terakhir, dunia memandang kelor sebagai pohon tropis yang paling berguna karena kandungan dan manfaat seluruh bagian tanamannya.  Selain mudah dibudidayakan dan disebarluaskan, baik dengan stek maupun biji, tanaman juga tidak memerlukan banyak unsur hara dan air.
Para peneliti di berbagai negara berlomba dan melaporkan hasil penelitiannya yang menguatkan kelor sebagai tanaman ajaib. Penelitian yang dilakukan oleh Dahot (1998) melaporkan bahwa dalam ekstrak daun kelor mengandung protein dengan berat molekul rendah yang mempunyai aktivitas antibakteri dan antijamur.
Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Meitzer dan Martin (2000) daun kelor yang dilarutkan dalam air dapat digunakan untuk antibiotika. Makkar dan Becker (1997) melaporkan bahwa daun kelor mengandung 27% protein. Sebagai sumber protein daun kelor  memiliki kandungan asam amino esensial seimbang (Makkar and Becker, 1996).
Tepung daun kelor memiliki beberapa zat hipotensif, antikanker, dan antibakterial antara lain, niacimicin, pterygospermin. Selain itu daun kelor juga memiliki zat antioksidan antara lain sitosterol dan glukopyranoside (Guevara et al., 1999).
Dr. Monica G. Marcu, ilmuwan, peneliti dan penulis buku “Miracle Tree”, menyebutkan kelor terkenal di berbagai belahan dunia dan mendorong proyek penelitian yang menarik di bidang pertanian, kehutanan, kesehatan, botani, industri makanan dan obat-obatan, serta kosmetik.
Churches and Charities, Peace Corps, dan organisasi kemanusiaan lainnya seperti Educational Concerns for Hunger Organization (ECHO), Trees for Life – organisasi yang berbasis di Wichita, Kansas – tertarik kepada kelor untuk alasan yang jelas. Antara lain untuk mengatasi kelaparan dan kekurangan gizi.
Yayasan Mata Internasional (berbasis di Maryland, USA) mempromosikan kelor untuk pencegahan kebutaan pada anak (karena kekurangan gizi) di negara-negara miskin. Memang kelor kaya dengan kandungan vitamin, dapat menyelamatkan penglihatan anak-anak yang rentan kebutaan karena defisiensi vitamin A.
The National Science Foundation dan National Geographic Society, bersama-sama dengan organisasi lainnya, sejak beberapa tahun lalu membiayai pengumpulan koleksi dari semua spesies kelor untuk mengumpulkan informasi lebih lanjut tentang kandungannya yang menyehatkan.
Di Indonesia, tanaman kelor dikenal dengan berbagai nama. Masyarakat Sulawesi menyebutnya keroworikelo, atau keloro. Orang Madura menyebutnya maronggih.  Di Sunda dan Melayu disebut kelor.  Di Aceh disebut murong. Di Ternate dikenal sebagai kelo. Di Sumbawa disebut kawona. Sedangkan orang Minang mengenalnya dengan nama munggai.
Tanaman bernama latin Moringa oleifera Lam itu dikenal dengan berbagai nama di dunia.
 

Kandungan Nutrisi

Salah satu hal yang membuat kelor menjadi perhatian dunia dan memberikan harapan sebagai tanaman yang dapat menyelamatkan jutaan manusia yang kekurangan gizi adalah karena kaya dengan kandungan nutrisi dan senyawa yang dibutuhkan tubuh.  Seluruh bagian tanaman kelor dapat dimanfaatkan untuk penyembuhan, menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan manusia dan terutama sumber asupan gizi keluarga.  
Kandungan selengkapnya dari Kelor dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


Sumber: Rubeena Saleem, “Studies In The Chemical Constituents Of Moringa Oleifera Lam And Preparation Of Potential Biologically Signficant Derivatives Of 8-Hydroxyquinoline”, University of Karachi/ H.E.J Research Institute of Chemistry, eprints.hec.gov.pk, 1995.

About Unknown

Hi there! I am Hung Duy and I am a true enthusiast in the areas of SEO and web design. In my personal life I spend time on photography, mountain climbing, snorkeling and dirt bike riding.
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

1 komentar: