Suatu hari, dua orang sahabat masuk ke sebuah restoran
untuk makan siang. Para pelayan ternyata bersikap buruk. Mukanya cemberut,
katanya-katanya ketus. Orang pertama sangat jengkel menerima layanan seperti
itu. Namun orang kedua tetap enjoy,
bahkan bersikap sopan kepada para pelayan itu.
Orang pertama pun heran dan bertanya kepada
sahabatnya, “Kenapa kamu bersikap sopan kepada pelayan yang menyebalkan itu?”
Sahabatnya menjawab, “Lho, kenapa aku harus
mengizinkan dia menentukan caraku dalam bertindak? Kitalah penentu atas
kehidupan kita, bukan orang lain.”
“Tapi dia melayani kita dengan buruk sekali,” bantah
orang pertama. Ia masih merasa jengkel.
“Ya, itu masalah dia. Dia mau bad mood, tidak sopan, melayani dengan buruk, atau lainnya, toh itu
tidak ada kaitannya dengan kita. Kalau kita sampai terpengaruh, berarti kita
membiarkan dia mengatur dan mempengaruhi hidup kita. Padahal kitalah yang
bertanggung jawab atas diri sendiri.”
Kesimpulannya, ternyata tindakan kita kerap
dipengaruhi oleh tindakan orang lain kepada kita. Kalau mereka melakukan hal
yang buruk, kita akan membalasnya dengan lebih buruk lagi. Kalau mereka tidak sopan,
kita akan lebih tidak sopan lagi. Kalau orang lain pelit, kita yang semula
pemurah tiba-tiba jadi sedemikian pelit kalau berurusan dengan orang itu.
Mengapa tindakan kita harus dipengaruhi oleh orang
lain? Mengapa untuk berbuat baik, kita harus menunggu diperlakukan dengan baik
oleh orang lain dulu? Jadi, jaga suasana hati. Jangan biarkan sikap buruk orang
lain kepada kita menentukan cara kita bertindak! Pilih untuk tetap berbuat
baik, sekalipun menerima hal yang tidak baik.
Sebab,
“pemenang dalam hidup” adalah orang yang tetap sejuk di tempat yang panas, yang
tetap manis di tempat yang sangat pahit, yang tetap merasa kecil meskipun telah
menjadi besar, serta tetap tenang di tengah badai yang paling hebat.(hasanuddin)
Tidak ada komentar: